Cirebon Belum Memiliki Buku Sejarah
SUMBER,(PRLM).-Meskipun telah banyak catatan terkait keberadaan Cirebon sejak pra sejarah hingga pra kemerdekaan, termasuk perlawanan masyarakat Cirebon terhadap kaum imperialis, namun, hingga saat ini Cirebon belum memiliki buku sejarah.
"Kita belum pernah tercatat dalam sejarah Nasional, meskipun salah satu di antaranya pernah ada perlawanan dari kaum Santri yang dipimpin Ki Bagus Rangin cs pada tahun 1818 yang dikenal dengan perang Kedongdong. Lebih dulu dari perang Aceh dan Diponegoro tapi tidak tercatat dalam sejarah," kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Kab. Cirebon, Sukanda pada seminar Buku Sejarah Cirebon di hotel Apita, Kamis (5/8).
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Provinsi Jawa Barat, H. Herdiawan. Ia merasa prihatin, Cirebon yang begitu punya nama besar tetapi belum punya buku sejarah. "Oleh karenanya, saya mendukung pentingnya seminar sejarah Cirebon ini," katanya.
Disebutkan, penulisan sejarah tidak boleh bergantung kepada waktu maupun dana yang ada, karena, penulisan sejarah itu intinya adalah kejujuran.
Pada seminar sehari dengan moderator budayawan Cirebon Nurdin M Noer itu hadir dan menyampaikan materi antara lain, DR. Agus Aris Munandar, Prapto Yuwono, M.Hum, Tawaliuddin Haris, M.Hum dari UI, Rafan S Hasyim (IAIN She Nurjati Cirebon), Prof. Sobana Harjasasmita dan DR. Mumuh Muhsin Zakaria (Unpad) serta Eva Nur Arofah, M.Hum dari UGM.
Menurut Prof. Sobana, penulisan sejarah Cirebon tidak bisa disusun sekaligus, namun akan dilakukan secara bertahap, dan diharapkan bisa disusun lengkap pada tahun depan. Baru dituangkan dalam bentuk kerangka tulisan mulai zaman pra sejarah sampai dengan pendudukan Jepang. "Setelah dilakukan penelusuran sumber-sumber sejarah itu telah tuntas, selanjutnya akan dilakukan penyusunan," kata Sobana, menjelaskan.
M. Rafan Hasyim, mengatakan, peletak dasar institusi politik dan pemerintahan di Cirebn adalah Mbah Kuwu Cerbon atau Pangeran Cakrabuana. Sementara untuk peletak dasar institusi pendidikan di Cirebon yakni Syekh Nurjati. "Kedua institusi ini selanjutnya dipadukan menjadi satu dan menjelma sebaga suatu pemerintahan berupa Kesultanan Cirebon," kata M. Rafan.
Di sisi lain, Prof. Dr. Agus Aris Munandar, Arkeolog Fakultas Ilmu Budaya UI mengatakan, di Gua Sunyaragi Kota Cirebon masih ada arca/patung sampai dengan abad 19. Namun, sekarang keberadaan patung tersebut tidak jelas.(A-146/kur).***
Geen opmerkingen:
Een reactie posten